Malu Sama Tuhan

Malam ini saya teringat sesi podcast teman saya yang dalam salah satu episodenya kolaborasi dengan cerita saya. Salah satu pertanyaannya adalah: bagaimana bahagianya, bersyukurnya saya atas anak saya? Saya menjawab, dia tak tergantikan. Selanjutnya saya teruskan, saking sayangnya dan bersyukurnya saya sampai malu sama Tuhan.

Setiap kali anak tidur, saya selalu menciumnya, memandanginya, dan heran sendiri. Kenapa Tuhan begitu baik kepada saya? Saya belum pernah menjadi manusia sempurna, dan saya jauh dari kata itu. Tapi yang Tuhan berikan ini, titipan ini, buah hati ini, adalah hal termanis dan terindah yang saya miliki. Saya memikirkan hal apa yang saya perbuat sehingga Tuhan begitu baik?

Sebelumnya, tulisan ini mengandung unsur subjektfitas, tentu. Karena setiap orang tua pasti menganggap anaknya sungguhlah yang paling cakep, manis, lucu, pintar, dan membanggakan. Coba lihat saja bapak saya yang jelas-jelas anak perempuannya ini ya…..rasanya sih saya biasa saja, tapi menurutnya saya keren nan cantik luar biasa. Heran saya.

Saya memikirkan berbagai kemungkinan mengapa Tuhan baik sama saya. Mungkin saya pernah tidak sengaja berbuat baik? Mungkin dalam hati sebenarnya saya baik? Mungkin suami saya orangnya baik banget? Atau, yang paling masuk akal adalah, doa ibu bapak saya yang mengharapkan keturunan dari mereka yang baik-baik dan soleh. Tapi kemudian saya berpikir kembali, memang Tuhan itu kita? Yang mana dikenai perbuatan baik dulu, barulah mau memberikan hal yang baik. Dia kan… Tuhan. Maha Bisa, Maha Segala. Kalau Dia berkehendak, maka jadilah. Mengapa juga ya, saya memikirkan good deeds apa yang pernah saya perbuat? Toh berkah titipannya yang luar biasa ini sudah ada di depan mata saya, dalam pelukan saya.

Memang terkadang, Ya Tuhan, ciptaan-Mu ini sering sekali berprasangka buruk. Jadi malu.

 

Leave a comment